SLEMAN, journalbroadcast.co — Rabu, 15 Mei 2024, Kabupaten Sleman memasuki usia ke-108 pada, Sebagai ucapan syukur sekaligus mengabadikan momen istimewa ini, Pemerintah Kabupaten Sleman meluncurkan Prangko Seri Penanda Kota: ‘Buk Renteng’ dan buku ‘Pesona Wisata Bumi Sembada’ di Pendopo Parasamya, Kamis (16/05/2024).
Peluncuran prangko seri penanda kota: Buk Renteng dan buku ‘Pesona Wisata Bumi Sembada’ resmi dilaksanakan dan disahkan Pemkab Sleman bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), dan PT Pos Indonesia. Kegiatan ini juga disaksikan oleh ketiga pihak serta perwakilan DPR RI dan masyarakat setempat.
PT Pos Indonesia (persero) dengan branding barunya Pos IND, turut mendukung peluncuran prangko seri penanda kota: Buk Renteng tersebut. BUMN tertua ini didapuk menjadi agen m=enjualan prangko untuk filatelis dunia. Pihak Pos IND pun menyatakan siap memasarkan dan menyebarkan prangko hingga ke pasar internasional.
“Tentu Pos Indonesia dalam hal ini sebagai channel. penjualan prangko di seluruh Indonesia dan juga channel penjualan untuk para filatelis yang tersebar di seluruh dunia,” ucap Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi.
Faizal optimis Prangko Seri Penanda Kota: Buk Renteng bisa melejit di dunia. Sebab, ia menilai prangko-prangko di Indonesia sangat diminati para filatelis di luar negeri. Apalagi, Buk Renteng ini memiliki nilai sejarah dan keunikan.
“Jadi ternyata prangko-prangko di Indonesia sangat diminati di luar negeri. Karena unik dan tidak ada yang menyamai. Buk Renteng ini hanya ada di Sleman. Tidak ada di Jerman atau Amerika. Sehingga banyak sekali peminat kolektor-kolektor filatelis di seluruh dunia meminta kami untuk mengirimkan penjualan prangko ini,” tutur Faizal.
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo mengungkapkan kebahagiaannya atas terlaksananya peluncuran prangko seri penanda kota: Buk Renteng dan buku ‘Pesona Wisata Bumi Sembada ini. Ia menilai kehadiran prangko dan buku ini sangat penting untuk mempertahankan eksistensi sejarah sekaligus menjadi sarana pemasaran pariwisata yang dimiliki Kabupaten Sleman.
“Di tengah maraknya media informasi dan komunikasi yang serba cepat, kita diingatkan betapa pentingnya mendokumentasikan setiap informasi melalui media yang tak lekang zaman seperti buku dan prangko. Tidak bisa dipungkiri bahwa gambar-gambar yang terilustrasikan dan kalimat yang tersurat menjadi saksi perubahan sebuah kota dan tentu merekam perjalanan kehidupan masyarakat zaman itu,” ujar Kustini dalam sambutannya.
“Dengan adanya buku Pesona Wisata Bumi Sembada dan prangko seri penanda kota, kita mendapatkan perspektif tentang pentingnya menciptakan jejak dokumentasi yang terus tak lekang untuk dikenang. Buku dan prangko ini merupakan media yang tepat karena keduanya menjadi media publikasi, juga menjadi benda yang dapat dikumpulkan menjadi koleksi,” lanjutnya.
Potensi Buk Renteng Jadi Ikon Wisata yang Mendunia
Pada rangkaian ulang tahun Kabupaten Sleman ini, Kustini juga mengungkapkan betapa penting kehadiran Prangko Seri Penanda Kota: Buk Renteng. Menurutnya, prangko ini dapat menjadi sarana untuk mempromosikan dan memperkenalkan Buk Renteng sebagai bangunan cagar budaya yang memiliki peran penting sebagai lumbung pangan. Bukan hanya skala nasional, tetapi hingga internasional.
“Saya berharap peluncuran prangko penanda kota: Buk Renteng ini menjadi suatu upaya untuk lebih memperkenalkan Buk Renteng pada tatanan yang lebih luas,” tutur Kustini.
Peluncuran Prangko Seri Penanda Kota: Buk Renteng ini juga disambut baik Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Nezar Patria. Ia menilai banyak makna dan fakta yang tersimpan dengan adanya prangko ini.
Salah satunya, menjadi bukti bahwa prangko masih banyak diminati masyarakat. Hal itu bisa terjadi karena prangko dianggap memiliki makna historis.
“Pertama, prangko ternyata masih dicari, disimpan, didiskusikan, dan diperlukan. Luar biasa menurut saya. Apalagi, pada abad 21, kita sudah memasuki era digital. Bahkan, saat ini sudah ada prangko digital. Tetapi, sejauh ini, prangko masih dikoleksi dan memiliki makna historis,” kata Nezar.
Buk Renteng, Bukt Bersejarah Peran Saluran Irigasi
Menurut Nezar, Buk Renteng ini merupakan salah satu peninggalan sejarah di Indonesia yang tak terlupakan. Bahkan, dia sendiri mengaku sangat terkesan dengan Buk Renteng tersebut.
“Peninggalan sejarah ini, saya kira kita bisa mempelajari cukup banyak di sana. Terutama soal teknologi pengairan dari Belanda. Itu sudah dibangun dari 1800-an akhir. Karena kalau tidak salah selokan Van Der Wijck (Buk Renteng) sudah dibangun sekitar 1890-an,” ujar Nezar.
Selokan yang menghubungkan wilayah Sleman Yogyakarta dan Magelang Jawa Tengah yang airnya memanfaatkan aliran Sungai Progo itu, telah dibangun pada tahun 1909 pada era Hindia Belanda.
“Tetapi, Buk Renteng ini, kalau kita lihat fungsinya mengairi kurang lebih 20 ribu hektar sawah. Berarti sejak dulu Sleman memang terkenal sebagai lumbung beras untuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dan juga untuk mengairi (perkebunan) tebu yang saat ini sudah tidak ada lagi. Jadi tepat sekali untuk menjadikan Buk Renteng sebagai ikon Sleman dan juga ikon sejarah pastinya,” tambahnya.
Wamen Kominfo Nezar Patria, yang juga pernah menjadi direktur di Pos IND menyampaikan, Buk Renteng merupakan ikon Kabupaten Sleman. Infrastruktur irigasi sepanjang 17 kilometer itu juga berfungsi untuk mengairi persawahan, sehingga Sleman menjadi wilayah lumbung pangan
Nezar berharap prangko ini juga menjadi sarana promosi dan edukasi tentang pariwisata Buk Renteng untuk masyarakat. Ia juga yakin Buk Renteng ini juga akan dikenal semakin luas hingga level internasional berkat kehadiran prangko tersebut.
“Selain sebagai benda yang digunakan untuk pos, prangko ini juga punya misi edukasi dan informasi. Tentu saja di balik prangko ada cerita. Cerita inilah yang saya kira perlu terus menerus dikabarkan. Kalau perlu Buk Renteng ini betul-betul menjadi ikon Sleman. Bukan saja untuk nasional, tetapi juga mendunia,” kata Nezar.
Anggota DPR RI Fadli Zon yang juga sebagai Ketua Umum Filateli Indonesia, mengapresiasi diterbitkan Buk Renteng dalam bentuk prangko dan sebagai kesadaran yang luar biasa. Menurut Fadli, prangko di era globalisasi ini masih relevan.
“Prangko sebagai tanda pengingat dan juga sebagai sebuah tanda peringatan. Meskipun kita berada di era globalisasi, ternyata keberadaan prangko masih relevan. Justru ketika dunia semakin digital, sesuatu yang bersifat material itu menjadi semakin berharga,” ujar Fadli. *red