BANDUNG, journalbroadcast.co -||- Sesuai jargon andalannya, Sehat, Alami, dan Ekonomis, Buruan Sae di Kota Bandung semakin meningkatkan kualitas untuk kebutuhan pangan.
Salah satunya, Buruan Sae Melati Ligar RW 10 Kelurahan Pasirwangi Kecamatan Ujungberung Kota Bandung. Buruan Sae yang diketuai oleh Ujang Setiawan mampu memberikan nilai ekonimis bagi warga.
“Cabai dan cengek, di pasar itu melonjak. Kalau di sini lebih murah karena dikelola oleh warga,” kata Ujang yang juga Ketua RW 10 Kelurahan Pasirwangi.
Ujang mengungkapkan, Buruan Sae binaannya sudah tidak lagi membeli pupuk. Karena pupuk diperoleh dari hasil pengelolaan sampah organik.
“Kita manfaatkan sampah dapur, seperti Kang Empos, sampah rumah tangga di pilah. Sampah organik dipilah, tidak usah di buang ke TPS, kita olah jadi kompos. Hasilnya bagus dibandingkan beli pupuk di luar,” bebernya pada Kegiatan Podcast Bersama Humas Bandung.
Buruan Sae di Kelurahan Pasirwangi ini termasuk salah satu dari 378 Buruan Sae yang tercatat di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung.
Ujang mengungkapkan, meskipun baru berdiri sejak tahun 2022 lalu, namun kontribusi Buruan Sae yang ia bina sudah cukup memberi manfaat.
“Tiap hasil panen, sayuran seperti bayem dan kangkung kita berikan untuk kegiatan Posyandu,” ujarnya.
Selain sayuran, lanjut Ujang, di Buruan Sae Melati Ligar pun beternak ikan lele sebagai hasil protein di kawasan tersebut.
Di tempat yang sama, Lurah Pasirwangi, Meli Susanti mengungkapkan, hal yang melaterbelakangi hadirnya Buruan Sae di Kelurahan Pasirwangi karena wilayahnya bukan daerah penghasil pangan.
Atas hal tersebut, Meli merangkul masyarakat dan mengajak untuk bersama menghadirkan ketahanan pangan minimal bisa dikonsumsi untuk warga sekitar.
“Kita sosialisasikan program ini kepada masyarakat, bahwa Buruan Sae memang tujuannya sebagai ketahanan pangan. Supaya warga menanam menikmati hasilnya sendiri dengan sehat alami ekonomis, dimanfaatkan kebutuhan sendiri,” bebernya.
Ia berharap, Buruan Sae pun mampu meningkatkan nilai ekonimis di wilayah. Sehingga masyarakat memiliki penghasilan dari hasil tersebut.
“Selain membantu stunting, di sini juga sudah bisa menghasilkan nilai ekonomis. Ketika panen itu bisa dijual, warga antusias beli itu,” ungkapnya. *red