BANDUNG, journalbroadcast.co — Pendopo Kota Bandung sore itu tampak semarak. Bunga-bunga segar menghiasi ruangan, deretan kader perempuan dari berbagai kelurahan hadir dengan penuh semangat.
Di tengah suasana hangat itu, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan berdiri di podium, menyampaikan pesan yang sarat makna.
“Menjadi istri wali kota ternyata pekerjaannya lebih banyak dari wali kotanya sendiri,” ujarnya disambut tawa dan tepuk tangan hadirin di Pendopo Kota Bandung, Kamis (16/10/2025).
Hari ini menjadi momen penting bagi Aryatri Benarto, istri Wali Kota Bandung, yang resmi dikukuhkan sebagai sosok sentral di balik berbagai gerakan sosial dan pemberdayaan perempuan.
Aryatri kini menyandang enam amanah sekaligus:
* Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
* Bunda Literasi
* Bunda Generasi Berencana (GenRe)
* Bunda Forum Anak Daerah (FAD)
* Ketua Sekolah Perempuan Kota Bandung
* Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan)
Enam gelar yang tidak hanya simbolis, tetapi mencerminkan enam pilar pembangunan keluarga Kota Bandung, pendidikan, literasi, perencanaan hidup, perlindungan anak, pemberdayaan perempuan, dan gizi masyarakat.
Dalam sambutannya, Wali Kota Farhan menegaskan, berbagai peran Bunda Kota Bandung adalah wujud kolaborasi nyata antara pemerintah dan masyarakat.
“Di Bandung tidak ada kompetisi, yang ada hanya kolaborasi. Peran Bunda hadir untuk memastikan program kemasyarakatan berjalan dengan semangat cinta dan kebersamaan,” tuturnya.
Farhan juga berpesan agar setiap bidang yang dipimpin Aryatri bergerak aktif dan menyentuh masyarakat hingga ke tingkat RW.
Ia mencontohkan pentingnya peran Bunda PAUD dalam memperjuangkan pendidikan anak usia dini, mulai dari kesejahteraan guru hingga kelayakan fasilitas sekolah.
“Tidak boleh ada PAUD yang masih memakai atap asbes. Itu harus diganti. Fisik bangunan yang layak adalah bagian dari cinta kita kepada anak-anak,” tegasnya.
Sebagai Bunda Literasi, Aryatri diharapkan menjadi wajah gerakan membaca dan menulis di Bandung – bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga keluarga dan komunitas.
Sedangkan perannya sebagai Bunda GenRe membawa pesan penting tentang perencanaan hidup bagi remaja.
Farhan bahkan menyinggung data menarik yang mencerminkan ketimpangan angka kelahiran di beberapa wilayah.
“Di Cihapit, selama setahun hanya ada tiga kelahiran. Tapi di Regol, dalam satu RT ada 46 kelahiran. Ini bukan sekadar soal produktivitas, tapi apakah semuanya sudah direncanakan dengan baik,” jelasnya.
Menurutnya, program GenRe harus menjadi gerakan literasi keluarga, bukan sekadar sosialisasi.
“Setiap keputusan dalam keluarga harus lahir dari pengetahuan dan kesadaran, bukan karena tekanan atau kebiasaan,” tambahnya.
Sebagai Bunda Forum Anak Daerah, Aryatri akan mengawal hak-hak anak, terutama kelompok rentan.
Farhan mengungkapkan masih banyak anak di Kota Bandung yang berhenti sekolah karena dianggap “bodoh” oleh lingkungannya, padahal mereka mengalami kesulitan belajar yang tak terdeteksi.
“Mereka bukan bodoh, mereka hanya berbeda. Kita harus memastikan tidak ada anak Bandung yang tertinggal,” ujarnya penuh empati.
Sementara perannya sebagai Ketua Sekolah Perempuan menjadi ruang penting untuk memperkuat posisi perempuan dalam pengambilan keputusan dan pembangunan sosial.
Sedangkan Ketua Forikan, akan berperan mengubah pola konsumsi masyarakat agar lebih sehat dan beragam melalui peningkatan konsumsi ikan.
“Konsumsi ikan bukan sekadar urusan dapur, tapi urusan masa depan. Gizi yang baik melahirkan generasi yang kuat,” kata Farhan.
Dalam arahannya, Farhan menegaskan bahwa seluruh peran ini selaras dengan visi besar Kota Bandung: Bandung Utama – Unggul, Terbuka, Amanah, Maju, dan Agamis.
“Cita-cita ini tidak mudah, tapi dengan kolaborasi dan cinta dari masyarakat, terutama peran Bunda, kita pasti bisa,” ucapnya optimistis.
Farhan menutup sambutannya dengan kalimat yang menyentuh.
“Kami tidak berharap banyak dari para Bunda. Kami hanya berharap satu hal: cinta. Karena dengan cinta, semua program akan berjalan dengan hati.”
Dengan pengukuhan Aryatri Benarto sebagai Bunda Kota Bandung, langkah menuju Bandung yang lebih inklusif, sehat, cerdas, dan penuh kasih kini semakin nyata. *red