Kab. Bogor, JB -||- Kurikulum Merdeka Belajar adalah model kurikulum yang saat ini sedang disosialisasikan dan dianimasikan oleh pemerintah ke seluruh satuan pendidikan, ini dimaksudkan sebagai suatu proses pengenalan, penjelasan, penguraian tentang Kurikulum Merdeka, ke semua satuan pendidikan pada setiap level dengan karakteristik masing-masing.Rabu, (25/01/2023)
Indriana Viantho sebagai Guru Penggerak Angkatan ke Satu Kabupaten Bogor, menjelaskan “Manusia sebagai makhluk Tuhan memiliki kebebasan dan kemerdekaan, termasuk dalam dunia pendidikan. Maka, lahirnya Kurikulum Merdeka dapat dipahami dalam konteks kebutuhan dasar manusia untuk memiliki dan mengembangkan kemerdekaan pribadinya sehingga mencapai taraf kedewasaan atau kematangan yang dibutuhkan dalam pekerjaan atau profesi kehidupan yang dijalaninya kelak,” jelasnya.
Esensi dari Kurikulum Merdeka Belajar dapat dirumuskan dalam tiga hal pokok, yakni:
(1) Penyederhanaan konten pembelajaran yang berfokus pada materi esensial (simple content based learning).
(2) Pembelajaran yang berbasis pada proyek yang kolaboratif, aplikatif dan multi disipliner.
(3) Fleksibilitas dan penyelarasan (flexibility and fluidity) dalam penetapan capaian pembelajaran.
“Sekolah Penggerak adalah sekolah yang dijadikan semacam percontohan khusus penerapan Kurikulum Merdeka yang berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik (menyeluruh) dengan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yang mencakup kompetensi dan karakter. Belajar harus dipandang sebagai sebuah project of life yang dimulai sejak awal kelahiran hingga kematian seorang manusia. Pendidikan sebaiknya tidak dijadikan sebagai sebuah sistem yang kaku, statis dan konvensional serta terlalu administratif semata. Sejatinya bisa membuat manusia menjadi semakin mampu bertindak dan bertanggung jawab sebagaimana kodratnya sebagai manusia (hominisasi) serta membuat manusia semakin mampu menghidupi nilai-nilai kemanusiaannya (humanisasi),” lanjutnya.
“Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar adalah mendampingi para siswa menemukan jawaban dan solusi atas problem pembelajaran yang dihadapi serta memberi kesempatan bagi mereka membuat inovasi-inovasi sederhana, seperti karya tulis (literasi), karya tangan (prakarya), dan karya pikir (logika, numerasi),” pungkasnya. *Sutan Nasomal