BANDUNG, journalbroadcast.co — Kalau jalan-jalan ke Kota Bandung pasti sudah tidak asing lagi dengan wisata kulinernya. Namun, ada wisata lain yang perlu dijajal jika main ke kota kembang ini.
Tahun ini, Kota Bandung tengah mempersiapkan wisata medis di beberapa rumah sakit kelas A dan B. Hal itu dibeberkan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, Anhar Hadian, Rabu (25/10/2023).
“Konsep wisata medis ini melibatkan seluruh perjalanan pasien dari mulai keluar rumah hingga masuk ke rumah sakit. Untuk memfasilitasi hal ini, akan ada biro pariwisata yang akan membantu pasien dan pendamping mereka,” ujar Anhar.
Beberapa rumah sakit yang sudah memenuhi syarat untuk dijadikan wisata medis adalah RSUD Bandung Kiwari dan RS Santosa. RSUD Bandung Kiwari terkenal unggul dalam layanan terkait kelahiran, medical checkup, dan rehabilitasi medis.
“Sementara RS Santosa Bandung memiliki keunggulan dalam pengobatan penyakit jantung dan syaraf, dan telah menjadi tujuan perawatan bagi banyak pasien asing,” paparnya.
Ia mengungkapkan, dengan dua rumah sakit yang siap melayani wisata medis tahun ini, Kota Bandung berencana untuk menambah lima rumah sakit pada tahun depan. Jumlah ini akan terus bertambah hingga mencapai 16 rumah sakit.
Paket-paket perawatan kesehatan yang komprehensif dan konsep wisata medis yang nyaman menjadi daya tarik utama bagi pasien dan pendamping mereka.
“Untuk saat ini, Permenkes hanya mengizinkan rumah sakit kelas A dan B untuk menjadi penyelenggara wisata medis, dan Kota Bandung memiliki potensi besar dalam hal ini,” ungkapnya.
Munculnya gagasan wisata medis dilatarbelakangi saat Presiden Joko Widodo mengungkapkan kekhawatiran atas jumlah orang Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk perawatan medis dan berwisata kesehatan. Devisa yang dikeluarkan untuk tujuan ini mencapai angka yang signifikan, yakni sebanyak Rp170 triliun.
“Banyak dari mereka yang memilih Malaysia, khususnya Penang, sebagai tujuan utama. Padahal fasilitas kesehatan di Indonesia tidak hanya sebanding dengan yang ada di luar negeri, tetapi juga memiliki keunggulan dalam berbagai aspek,” akunya.
Upaya untuk mendorong wisata medis di Indonesia pun akhirnya melibatkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
Pada tahun 2015, Permenkes 76 tentang wisata medis diterbitkan. Namun, hingga saat ini, di Jawa Barat belum ada proyek pilot yang dijalankan meskipun Bandung memiliki fasilitas yang memadai.
“Untuk itu, kami menggandeng Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung juga dengan dinas-dinas lain untuk mewujudkan wisata medis,” ucap Anhar.
Ia berharap, upaya ini akan menciptakan peluang investasi yang signifikan dan menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan wisata medis yang sukses di masa depan. *Red