Home JOURNAL REGIONAL LGBT Adalah Virus Ganas dari Pergaulan Bebas

LGBT Adalah Virus Ganas dari Pergaulan Bebas

0

Garut, JB || Dengan adanya berita yang menyatakan tentang tersebarnya LGBT sudah mencapai di angka 3000 di kabupaten Garut ini, menurut ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Garut (DKKG) Irwan Hendarsyah SE ketika di mintai keterangannya mengenai LGBT.

Saat di temui awak media, yang panggilan akrabnya Jiwan menuturkan LGBT merupakan virus dari pergaulan bebas, di mana penyebarannya begitu cepat dan tentunya sangat merusak masyarakat bukan hanya pada pelaku Sex menyimpang atau LGBT saja tapi bagi kehidupan sosial sekitar bahkan tidak menutup kemungkinan pada orang orang terdekat, karena dalam penyebarannya LGBT ini bagaikan virus yang menular.

Siapapun bisa terkena melalui kebiasaan yang salah dalam sosial pergaulan. Disamping rawan terjangkitnya virus Aids dan HIV akibat sex menyimpang prilaku LGBT ini, jelas ini akan menular sebagai virus yang merusak dan mematikan, bukan hanya kesehatan tetapi bagi kehidupan manusia generasi selanjutnya.

Saya pribadi merasa geram dengan banyak kumpulan orang-orang berkepribadian ganda ini katakanlah kaum LGBT dengan begitu cepatnya bertambah terus di kabupaten Garut ini.

Dari viralnya pada tahun 2018 yang diprediksi saat itu lbih dari 1500 an, kini katanya sudah mencapai angka 3000 yang tersebar tidak pandang bulu golongan dan kalangan manapun. Terlebih pada anak rentan usia sekolah sangat riskan sekali, dan ini berpengaruh terhadap kehidupan selanjutnya

Akan di kemanakan generasi yang akan datang jika penyebarannya tidak kita tangani dengan serius, hancurlah negara kita. Sudah menyalahi kodrat manusia agama dan negara, tinggal turun azab saja rupanya inilah manusia diakhir jaman.

Dan ini semua adalah bukti, bahwa dalam berbudaya manusia sedang dalam transisi peralihan kebiasaan

Adat yang salah kebiasaan yang buruk sehingga menghilangkan budaya yang sebenarnya dimasyarakat kita, budi pekerti ageman (agama) dari cipta karsa manusia yang berakal sehat yang sejak dulu hingga kini dijalankan oleh manusia sebagai tuntunan berperilaku dalam kehidupan keseharian manusia dan terciptalah harmonisasi tentram silih asah silih asih silih asuh yang menjadi budaya kita yang sebenarnya.

“Namun kini di rusak dengan citra perilaku LGBT yang sangat meresahkan bagi orang tua juga masyarakat kabupaten Garut terlebih pemerintah yang merasa kecolongan dengan jumlah yang pantastik ini,” Imbuh kang jiwan

Dan sekarang yang paling ampuh untuk menangani penyebaran virus LGBT ini hanyalah vaksin Budaya, dimana komposisi di dalamnya sudah sangat komplit seperti ajaran kebaikan, agama, tata krama, kesehatan peraturan kehidupan kebiasaan yang baik.

Semua menjadi satu kesatuan dalam pola hidup yang menjadi tuntunan bagi kehidupan berikutnya.

Jika nilai budaya lebih bisa diterapkan bersama sama pada anak anak kita lingkungan sosial kita saya yakin pemerintah akan mudah menekan bahkan menghilang virus LGBT di kabupaten Garut

“Jangan sampai julukan kota seribu pesantren kota santri berubah menjadi Kota lautan LGBT,” ujar Kang Jiwan

Dan Jiwan pun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah berani mengungkap penyebaran kaum LGBT di kabupaten Garut terlepas dari benar apa tidaknya angka 3000 tsb, tapi ada yang lebih penting yaitu penyadaran sedini mungkin terhadap kehidupan selanjutnya dan penerapan nilai budaya wajib segera di tanamkan dalam kehidupan anak-anak kita, lingkungan sekitar kita dan jangan tutup telinga bagi orang tua kita yang mengetahui anaknya mempunyai kelainan baik dalam berprilaku kesehariannya sebagai LGBT.

Di sini peran orang tua sangatlah vital dalam sesegera mungkin mengambil tindakan persuasif dalam melakukan pembinaannya, serta pemerintah wajib segera turun tangan dengan mengambil tindakan serius menyatakan Garut bebas LGBT.

“Dengan perda terkhususkan mari kita serentak, turut serta mengajak semua unsur elemen dan masyarakat untuk bersatu dalam memerangi penyebaran LGBT di kabupaten Garut ini.” Ungkap Ketua dewan Kebudayaan Kabupaten Garut kang jiwan disela sela aktivitas budayanya. *M. Suparman

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version