BANDUNG, journalbroadcast.co — Jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru), beberapa komoditas pokok mengalami kenaikan. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung kembali menghadirkan Pasar Murah di 30 kecamatan.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah menyebutkan, kali ini titik lokasi Pasar Murah berada di Kecamatan Regol, Panyileukan, dan Mandalajati, Rabu (06/12/2023).
“Kami menyediakan beras medium SPHP, bekerja sama dengan Bulog sebanyak 10 ton. Kalau di kecamatan lain 5 ton, tapi di Kecamatan Regol kuotanya lebih banyak karena biasanya respon warga di sini lebih ramai,” ujar Elly.
Meski begitu, tak ada batasan jika warga dari wilayah lain ingin membeli kebutuhan pokoknya di Pasar Murah manapun. Hal ini berbeda dengan Operasi Pasar.
“Kalau Operasi Pasar itu dibatasi hanya satu atau dua komoditas saja, misal beras atau minyak. Jadi hanya warga wilayah tersebut yang boleh membeli,” ucapnya.
Beberapa komoditas yang dijual antara lain beras medium dan premium, minyak curah dan premium, telur, bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, cabai, dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
“Untuk beras dibatasi, per orang hanya bisa beli dua kantong. Satu kantong isinya 5 kg beras, dijual seharga Rp53.000, sehingga jatuhnya di Rp10.600/kg. Kalau di pasar, harga beras medium itu sudah pada kisaran Rp13.000/kg,” ungkapnya.
Sedangkan minyak curah dijual seharga Rp13.500 per liter. Ada pula telur yang dijual murah oleh toko-toko ritel di kisaran Rp25.800 – Rp26.000/kg. Sedangkan di pasar, harga telur sudah mencapai Rp29.000/kg. Berbagai komoditas lainnya seperti gula pun dijual lebih murah.
“Kami minta kepada tokoh-tokoh ritel yang ikut berjualan di Pasar Murah untuk memberikan harga yang lebih murah daripada harga di tokonya. Toko ritel yang ikut itu ada Superindo, Prama, dan Wilmar,” sebutnya.
Selain itu, Pasar Murah juga menyediakan gas 3 kg yang hanya bisa dibeli jika menyertakan KTP sesuai kecamatan masing-masing. Harganya yang dibanderol untuk gas 3 kg adalah Rp16.600. Sedangkan di pasarannya mencapai Rp21.000 – Rp22.000.
“Untuk gas LPG 3 kilo ini satu-satunya yang harus pakai KTP, kalau yang lainnya tidak. Sebab ini menggunakan subsidi,” jelas Elly.
Sampai saat ini, sudah 24 kecamatan di Kota Bandung yang menggelar Pasar Murah. Omzet tertinggi diraih Kecamatan Kiaracondong yakni Rp127 juta.
“Sekarang ini hari ke-8 Pasar Murah. Masih ada 2 hari lagi, Kamis dan Jumat. Jadi ada 6 Kecamatan lagi yang belum melaksanakan Pasar Murah,” tuturnya.
Elly mengaku, untuk stok beras dan komoditas bahan pokok lain jelang Nataru di Kota Bandung, masih aman tersedia.
“Sekitar 60 persen warga Kota Bandung segmen pasarnya beras premium, sedangkan 40 persennya beras medium. Semua ada di kondisi aman. Termasuk komoditas lain, meski memang ada kenaikan harga,” katanya.
Kenaikan harga terjadi pada komoditas cabai rawit domba dan cabai merah tanjung. Harga cabai rawit domba meski tinggi, tapi sudah memperlihatkan tren penurunan. Semula menyentuh Rp100.000 – Rp120.000/kg, sekarang di kisaran Rp90.000/kg.
“Cabai merah tanjung itu sekitar Rp80.000 – Rp90.000/kg. Ini terjadi karena dampak dari cuaca yang tidak jelas. Kemarin kita terdampak El Nino kekeringan, sekarang hujan terus. Jadi di daerah sentra juga kita sangat bergantung,” jelasnya.
Kota Bandung biasanya memperoleh pasokan cabai merah tanjung dari Banyuwangi, Jawa Timur. Sedangkan cabai rawit domba dari Magelang, Jawa Tengah.
“Tapi kita juga dapat pasokan dari tetangga, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Garut. Hanya sebagian besar dari Jawa Tengah dan Jawa Timur,” imbuhnya.
Sementara itu, Teti Herawati salah satu warga Kecamatan Regol yang ikut mengantre beras medium menuturkan, ia telah datang sejak pukul 07.30 WIB di Pasar Murah.
“Begitu saya datang, sudah banyak yang antre. Berarti sebelumnya juga sudah ada yang antre. Harga berasnya Rp53.000 dapat 5 kg. Saya Beli 10 kg,” kata Teti.
Ia berharap, Pasar Murah bisa sesering mungkin diadakan. Sebab sangat membantu kebutuhan keluarga besarnya.
“Saya merasa sangat terbantu. Di rumah saya ada 9 orang yang tinggal. Semoga bisa sering-sering diadakan Pasar Murah. Sehingga masyarakat seperti saya atau di bawah saya akan sangat terbantu,” ungkapnya.
Serupa dengan Teti, salah satu warga Regol lain yakni Yeti mengaku, bisa membeli banyak kebutuhan pokok dengan harga miring di Pasar Murah.
“Ada minyak, sayuran, dan gas 3 kg juga. Harganya lebih murah daripada pasar. Di pasar itu beras harganya sampai Rp15.000/kg. Kemarin saya beli, tapi berasnya jelek. Kalau dimasak pagi, sorenya sudah kuning, tidak enak,” aku Yeti.
Ia mengungkapkan, dengan adanya Pasar Murah ini sangat membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Sangat terbantu. Apalagi di rumah ada 5 orang. Harga segini jadi bisa beli banyak bahan masakan,” tuturnya. *red