BANDUNG, journalbroadcast.co — Calon Wali Kota (Cawalkot) Bandung nomor urut 2 di Pilkada 2024, Haru Suandharu ingin mewujudkan Bandung menjadi Kota kreatif dunia. Maju, Agamis, Sejahtera dan berkelanjutan. Menuju Indonesia Emas 2045.
Lebih simpelnya, kata Haru, dirinya dan calon wakilnya, R. Dhani Wirianata ingin menjadikan Kota Bandung bersih kotanya, lancar jalannya dan maju UMKM nya.
Hal itu disampaikan Haru yang juga sebagai Ketua DPW PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Jawa Barat saat menjadi narasumber Basa Basi Podcast, di kantor sekretariat Pokja PWI Kota Bandung, Jalan Jend. Ahmad Yani nomor 262, Bandung, Kamis (03/10/2024).
Selain kota yang bersih dan tidak macet, menurut Haru, UMKM menjadi salah satu komponen penting untuk mewujudkan Kota Bandung sebagai kota kreatif dunia.
“UMKM sebagai pondasi buat Kota Bandung. Kan yang melakukan kegiatan kreatifitas itu UMKM. Makanya pemerintah harus berdiri, harus bisa hadir membersamai mereka,” ujar Haru.
Paslon nomor urut 2 Haru-Dhani di Pilkada 2024 diusung oleh partai PKS dan Gerindra. Koalisi dua partai ini bukan barang baru. Keduanya sudah berkoalisi sejak pilwalkot 2013 (RK- alm.Oded). Tidak heran bila pada masa pilkada 2024, Paslon Haru-Dhani mengusung tagline Hade Pisan ‘Peduli Santun dan Berpengalaman’.
Untuk mewujudkan kota Bandung jadi kota yang bersih, Haru berjanji akan mengupayakan kota Bandung menuju kota bebas sampah.
Salah satu strategi menuju hal itu, kata Haru, dirinya akan memperluas kawasan bebas sampah. Saat ini tercatat, 20% (persen) atau sebanyak 383 dari 1500-an RW di Kota Bandung sudah bebas sampah.
“Nanti akan kita tambah jumlahnya. Artinya campur tangan pemerintah harus lebih kuat lagi. Kita perkuat lagi bantuannya, fasilitasnya. Mungkin nanti ada studi tiru dari satu RW ke RW yang sudah sukses, supaya kawasan bebas sampah bertambah,” ungkapnya.
“Ini kunci. Kuncinya itu bukan sampah ditumpuk di tingkat kota lalu dibawa ke TPS Sarimukti lagi. Tapi bagaimana rw bisa berperan bersama masyarakat dengan bantuan pemerintah, swasta juga kita ajak kolaborasi, peran dari media, perguruan tinggi juga, pokoknya pentahelix,” jelasnya.
Sementara, untuk mewujudkan kota Bandung lancar jalannya (tidak macet), Haru menyebut transportasi publik jadi cara yang paling tepat mengatasi kemacetan. Ini dibutuhkan pemahaman bersama bahwa sudah saatnya kita bergeser penggunaan transportasi publik.
Namun untuk menuju hal itu harus dilakukan sosialisasi, perlu transisi, perlu pelibatan semua pihak. “Ini harus disepakati bersama. Jangan sampai ini mau-maunya kita aja. Hanya satu dua orang, gak boleh,” katanya.
Mengatasi kemacetan bukan hanya sekedar berpikir menambah jalan, itu tidak akan pernah bisa menyelesaikan. Namun dirinya menyadari, membangun dan menyediakan transportasi publik yang terintegrasi diperlukan bantuan dari pemerintah provinsi hingga pusat.
Selain bantuan pemerintah provinsi dan pusat, kata Haru, bisa juga pelibatan dari pihak swasta melalui investasi. *red