Bandung, JB — Sebanyak 8 tim akan berjuang untuk menjadi yang terbaik di Turnamen Sepak Bola Wanita Kota Bandung di Sport Jabar Arcamanik, Minggu 31 Juli 2022.
Mereka melaju ke babak semifinal setelah melalui babak penyisihan yang digelar sejak Kamis 28 Juli 2022 lalu.
Ketua Panitia Pelaksana Turnamen Sepak Bola Wanita Kota Bandung, Diah Hidayah menyampaikan, sistem permainan kali ini menggunakan setengah kompetisi dengan dua kali main.
“Dari yang semula 32 tim tersaring menjadi 24 tim yang akan kembali dipilih jadi 8 tim untuk masuk semifinal,” ujar Diah.
Para tim akan terbagi menjadi dua kategori yakni top grade dan middle grade. Masing-masing kategori ini terdapat juara 1-3.
Top grade merupakan kategori tingkatan saat sebuah tim memenangkan dua kali pertandingan. Sedangkan jika ada salah satu pertandingan yang kalah, maka tim tersebut akan masuk ke tingkatan middle grade.
“Permainannya 7 lawan 7 dengan durasi 2×10 menit. Kalau untuk besok, semifinal dan final itu 2×15 menit. Pertandingan ini kemungkinan akan berlangsung sampai 14.30 WIB,” ucapnya.
Turnamen sepak bola wanita ini merupakan pertandingan pertama kali yang diselenggarakan PSSI Kota Bandung. Tujuan dari pertandingan ini sebagai gerbang awal sosialisasi bagi masyarakat mengenai karir wanita dalam dunia sepak bola yang sudah semakin terbuka lebar.
“Turnamen ini tujuannya untuk sosialisasi sepak bola wanita hingga ke lapisan yang paling kecil, dari RT, RW, kelurahan dalam menjaring bakal calon atlet yang memperkuat kecamatan masing-masing. Sehingga kita belum melakukan seleksi mendalam. Tapi, tetap kita punya harapan bisa menemukan bibit-bibit pemain dari masing-masing kecamatan,” ungkapnya.
Diah mengaku jika seluruh kecamatan terlibat 100 persen dalam menurunkan perwakilan tim sepak bola wanita dari lingkungan masing-masing. Bahkan, ada dua kecamatan yang mengirimkan dua tim langsung. Rentang usia para atlet ini mulai dari 13-17 tahun.
Menurutnya, ini menjadi bukti jika sepak bola wanita sudah menjadi industri yang akan semakin maju. Maka dari itu, perlu adanya dukungan dari seluruh stakeholder dalam memfasilitasi para atlet.
“Animonya besar sekali di luar ekspektasi kami. Peserta yang ikut ada 352 atlet karena masing-masing tim itu minimal mengirimkan 10 orang dan maksimal 14 orang atlet,” katanya
Memang tidak semua peserta merupakan atlet murni, ada pula beberapa peserta yang memiliki hobi olahraga atau minat dengan sepak bola dan ingin ikut mencoba merasakan sensasi kompetisi di lapangan.
Semangat ini, bagi Diah, bisa menjaring bibit-bibit atlet baru untuk bermain di Porda dan timnas.
“Kami ingin mengubah paradigma masyarakat jika sepak bola wanita ini sudah lebih berkembang. Tidak ada lagi istilah ini hanya permainan bagi kaum lelaki karena para atlet wanita ini juga bermain tanpa meninggalkan kodratnya sebagai seorang wanita,” tutur Diah.
“Mereka bermain cantik di lapangan, olahraganya juga bagus. Saya optimis Kota Bandung bisa menjadi barometer untuk sepak bola wanita,” imbuhnya.
Terlebih, saat ini Asosiasi PSSI Kota Bandung sudah memiliki komite tetap khusus sepak bola wanita. Sehingga, Diah mengimbau agar para atlet wanita bisa mencari tempat berlatih melalui sekolah sepak bola (SSB) maupun akademi lain yang telah tersebar luas di Kota Bandung.
Ia menambahkan, agar pelatihan dan pembinaan yang dilakukan untuk para atlet wanita ini jangan hanya difokuskan pada technical skill, tapi juga pada soft skill dan karakter.
“Tolong para atlet ini dibina bukan hanya technical skillnya karena mereka para remaja yang perlu dibantu untuk menemukan jati dirinya dan tujuan hidup. Harapannya pembekalan untuk mereka juga bisa difokuskan pada akhlak dan life skillnya,” harapnya.
Sehingga, circle sepak bola ini bisa menjadi wadah para generasi muda, terutama kaum perempuan dalam berkarir. Diah menuturkan, jika peran perempuan masih sangat dibutuhkan pada beberapa posisi dalam dunia sepak bola, terutama sebagai wasit berlisensi.
“Jumlah wasit berlisensi, apalagi perempuan itu masih sangat sedikit. Ini juga menjadi salah satu faktor jika industri sepak bola wanita itu masih bisa kita kembangkan karena karir untuk wanita di dunia sepak bola ini tidak hanya menjadi atlet, tapi juga bisa menjadi wasit,” paparnya.
Mengenai pertandingan semifinal dan final esok hari, ia mengatakan, para atlet yang berhasil masuk tiga besar akan memperoleh uang pembinaan. Tak hanya itu, para pemain lain juga mendapatkan rekening dan saldo tabungan. Meski memang tidak terlalu banyak, tapi diharapkan mampu mengajarkan para atlet untuk menabung dan mengatur keuangannya.
“Kalau bicara siapa yang akan juara, masih belum bisa diprediksi. Mungkin nanti begitu masuk semifinal ya. Kalau sejauh ini di babak pertama yang terlihat semangat dan skornya besar itu dari tim Cicendo, Cibeunying dan beberapa lainnya juga bagus,” tuturnya.
Sejauh ini, beberapa tim yang berhasil lolos ke babak semifinal tingkat top grade dan middle grade antara lain Cinambo, Sukasari, Babakan Ciparay, serta Rancasari.
Di temui di tempat yang sama seusai pertandingan, Pelatih Tim Sepak Bola Wanita Rancasari, H. Tisna Sulegar menuturkan, pada turnamen kali ini ia mempersiapkan timnya dalam waktu tiga pekan. Mulai dari seleksi hingga berlatih bersama.
Baginya, turnamen ini merupakan momen yang sangat bagus untuk mencari bibit-bibit atlet sepak bola wanita di Kota Bandung.
“Sudah waktunya Kota Bandung memajukan atlet-atlet wanitanya. Melalui turnamen ini juga jadi terlihat adanya potensi baru di setiap kecamatan yang bisa kita asah lebih lagi,” tutur Tisna.
Esok, Rancasari akan kembali bertanding di babak semifinal setelah dua kali menang dalam pertandingan dengan Antapani dan Cicendo hari ini.
Pada pertandingan melawan Antapani, Rancasari menang dengan skor 3-0. Lalu bertanding dengan Cicendo dengan hasil skor seri.
“Tapi karena sebelumnya Cicendo hanya memasukkan 2-0 saat lawan Antapani, sehingga kalah secara selisih gol dengan kami. Akhirnya Rancasari yang terpilih maju ke semifinal,” imbuhnya. ***