BANDUNG, journalbroadcast.co — Anggota Komisi B DPRD Kota Bandung H. Asep Mulyadi, mengisi talk show OPSI, di Radio PR FM, Bandung, Sabtu, 11 Mei 2024. Talk show kali ini mengangkat tema tentang “Membenahi Permasalahan Kota Bandung”.
Asep Mulyadi menjelaskan, kalau berbicara Kota Bandung, dari beberapa survei dari masyarakat Kota Bandung serta aspirasi ke DPRD selalu mengerucut kepada tiga hal utama.
Yang pertama yang sering dibicarakan terkait kemacetan. Apalagi sekarang jalur transportasi mudah dari luar ke Kota Bandung. Kemacetan ini menjadi isu dan banyak aspirasi ke DPRD.
Yang kedua adalah tata ruang dan lingkungan. Di dalamnya bicara tentang banjir serta sampah. Yang selanjutnya yakni masalah ekonomi. Pasca Covid laju ekonomi menjadi masalah Kota Bandung.
Selain itu, ada isu-isu yang muncul yaitu masalah pendidikan dan kesehatan meski tidak terlalu besar dibanding tiga isu utama. Asep menuturkan, isu kemacetan erat kaitannya karena Kota Bandung belum memiliki transportasi publik yang memadai.
“Saya memandang wali kota harus berani membuat atau meletakkan dasar untuk pengembangan transportasi publik berikutnya. Kalau bicara Jakarta saat ini ada Jaklingko, LRT, mereka bicara sudah tahun 2000an. Gubernur Sutiyoso sudah meletakkan dasarnya. Menurut saya kepemimpinan wali kota harus berani meletakkan dasar pengembangan transportasi publik untuk dilanjutkan ke periode berikutnya,” ujarnya.
Situasi ini, kata Asep, sejalan dengan pembahasan RPJPD Kota Bandung 2025-2045 Kota Bandung yang sedang dibahas di DPRD Kota Bandung. “Menurut saya untuk mengurai kemacetan dibutuhkan transportasi pubilk yang berkesinambungan. Secara fiskal Kota Bandung tidak memungkinkan transportasi publik yang memadai. Artinya perlu berkesinambungan karena transportasi publik ini akan juga bicara soal ekonomi publik. Yang harus dilakukan Pemkot Bandung berkolaborasi dengan Pemprov Jabar, Pemerintah Pusat, bahkan sektor swasta,” katanya.
Asep menjelaskan, soal isu tata ruang menyentil masalah banjir dan sampah. Terkait banjir tentu berbicara tentang jumlah titik genangan dan berapa lama genangan banjir surut. Akan tetapi, ia melihat perlu ada upaya ke depan titik genangan semakin kecil. Ada upaya selama ini dengan pompa, pembersihan gorong-gorong. Tetapi masih diperlukan adanya penataan ulang saluran dan drainase ke depan.
“Kita tahu saluran ini sudah cukup lama. Tidak sedikit saluran tergerus atau terhalang bangunan. Untuk mengurangi banjir ini ada penanganan jangka panjang. Selain itu perlu dilakukan adanya gagasan zero run-off. Selama ini ketika hujan besar air mengalir deras sedangkan saat kemarau tidak ada air. Padahal sebetulnya bisa dilakukan bagaimana air ini bisa terserap ke bumi Kota Bandung. Perlu kajian supaya program ini efektif,” ujarnya.
Terkait isu sampah, Asep mencermati peristiwa kebakaran di TPA Sarimukti berdampak pada penanganan sampah di Kota Bandung. Asep melihat perlu ada dua pendekatan. Perlu ada pendekatan dari pemerintah soal bagaimana menangani sampah ini, dan yang kedua mengajak bagaimana warga meningkatkan budaya mengelola sampah.
“Masyarakatnya perlu ada budaya menangani sampah. Saya salut sama almarhum Mang Oded yang membudayakan Kang Pisman-nya. Hanya saja ketika ada program pembudayaan ini kurang besar dukungan dari anggarannya,” tuturnya.
Asep menilai perlu ada pendampingan bagi masyarakat untuk mengelola sampah. Bicara masalah sampah juga terkait pengelolaan secara regional, apalagi Kota Bandung tidak punya lahan. Maka perlu komunikasi dengan daerah lain, termasuk TPA Legok Nangka yang sudah siap digunakan.
“Kalau masyarakat tidak teredukasi, anggaran pengelolaan sampah tidak akan pernah cukup. Apalagi Kota Bandung daerah wisata. Kalau mengandalkan konvensional, berapapun anggarannya tidak akan menyelesaikan masalah. Maka ke depan perlu anggaran untuk pembudayaan, dorongan bagi masyarakat untuk mengelola sampah hingga menjadi gaya hidup dengan memilah sampah,” katanya.
Ia juga melihat perlu ada program pengelolaan sampah skala TPS. Sehingga sampah yang dikirim ke TPA hanya residu saja.
“Bandung itu harus nyaman ditinggali, nyaman pula dikunjungi bagi wisatawan,” ujarnya.
Soal ekonomi, meskipun Kota Bandung mengalami pertumbuhan tetapi belum mampu menyamai situasi ekonomi sebelum Covid. Dalam kondisi ini, perlu ada penyiapan khusus dari pemerintah semacar intervensi untuk menumbuhkan ekonomi baik skala mikro tingkat rumah tangga ataupun skala kota.
Masyarakat perlu diberi kegiatan yang akan menjadi sumber ekonomi baru. Apalagi Bandung punya peluang sebagai kota kreatif. Tetapi perlu tindakan serius dari pemerintah karena ekonomi baru ini yang sebisa mungkin menggerakkan banyak orang.
“Kota Bandung punya kekhasan salah satunya industri fesyen. Soal gaya, Bandung sudah terkenal. Saya sudah 15 tahun mengembangkan bisnis fesyen di Kota Bandung dan produk Bandung sudah banyak dikenal baik di luar kota,” ujarnya.
Pemerintah juga diharapkan bukan sekadar memberikan jalur pengembangan usaha, tetapi perlu membuat konferensi, acara pertemuan terkait usaha ini. Dengan begitu Bandung akan makin terkenal dengan fesyennya yang mampu mendatangkan tokoh-tokoh fesyen dari luar negeri.
“Selain fesyen, Bandung juga dikenal sebagai jago kuliner. Ini bisa dikembangkan oleh pemerintah dengan membuat acara, festival, kegiatan terkait makanan khas Bandung. Dengan begitu bisa mendatangkan kunjungan wisatawan semakin tinggi. Pemerintah ke depan perlu membangun banyak acara karena itu membantu menaikkan ekonomi,” katanya.
Terkait premanisme, Asep menyinggung soal ketersediaan lapangan kerja. Perlu ada upaya preventif dari pemerintah. “Karena masuk ke kami, DPRD, dari wisatawan tentang parkir liar dengan harga di tinggi, pengamen memaksa. Ini masalah tenaga kerja dan pengembangan wirausaha. Ke depan harus disiapkan talenta-talenta yang siap berkompetensi. Bukan siap sebagai konsumen tetapi pelaku, termasuk pelaku digital. Tanggung jawab Kota Bandung di SD dan SMP. Penyiapan pelaku industri digital ini bisa dijalankan sejak dini, sejak SD dan SMP. Sehingga ketika perguruan tinggi Kota Bandung memiliki talenta terbaik dan siap bersaing. Dengan begitu Bandung siap bersaing dengan kota-kota lain,” tutur Asep. *red